Bab 3 – It’s Hard To Be don’t care To The Person You Love
“Bu, aku pergi dulu, ya!”
Ibuku melambai. “Baiklah, jangan lupa makan bekalmu! Kembalilah sebelum makan malam!”
Aku mengangguk, dan berjalan menuju kandang Brozzie. Aku akan ke sungai lagi untuk belajar renang, ya, dengan atau tidak dengan Rick.
Tapi sesudah aku menuntun Brozzie keluar kandang, suara ringkikan kuda terdengar dari belakang ku. Aku melihat kuda hitam, lalu Rick, sebagai penunggangnya.
“Hai. Sudah siap?” tanyanya. Aku melepas ikatan Brozzie, dan menuntunnnya melalui Rick tanpa memandangnya. Rick sudah turun dari kudanya. Aku hendak menaiki Brozzie tanpa bantuannya, namun tak bisa. Ia terlalu tinggi.
“Uuuuh!” sungutku saat hendak mencoba menaikinya. Bisa kulihat Rick nyengir di belakangku.
“Butuh bantuan, nona?” lagaknya sambil terus nyengir. Aku menatapnya sengit.
“Gak usah ngeledek lah!”
Tapi akhirnya, setelah berusaha selama 20 menit, aku tak tahan. Masih dengan sifat pura-pura keras, aku membiarkannya mengangkatku ke atas Brozzie. Lalu kami berkuda bersama menuju sungai.
Brozzie dan kuda hitam – Blazz – minum air sungai sementara Rick membuka bajunya, dan berenang dengan hanya memakai blue jeans ¾ nya.
“Hei, ayo!” ajaknya.
Aaah.. aku tak bisa mengakui aku malu berenang dengannya. Dia sih, enak, cowok. Kalau aku hanya pakai baju renang saja – akh, tidak, memalukan sekali !!!
Dia tetap berenang bolak-balik, namun aku tetap bergeming di tempatku berdiri.
“Ayo lah turun, sebelum aku mendorongmu masuk.” Katanya, lalu berenang dengan gaya lain lagi.
Aku tetap terdiam, hingga dia naik ke darat.
“Ku dorong ya?” katanya. Aku kaget.
“A-apa!? Tidak, jangan! Aku- aku belum berganti baju!” tolakku. Dia lalu duduk di batu besar. “Ya sudah, ayo ganti baju.”
Iiih, dasar mesum!
“Yang benar deh, masa aku ganti baju di depan mu!?”
Ia membuka pintu sebuah pondok kecil di dekat sungai, lalu berkata, “Ini. Aku akan berenang, sementara kau ganti baju.”
“Ba-baik! Awas ya jangan ngintip!!” seruku. Walaupun dia orang desa, dia kan tetap cowok!
Aku masuk ke pondok, dan menguncinya dari dalam. Pondok itu sederhana ; hanya terdiri dari sebuah meja kayu dan sebuah kursi. Aku menaruh tasku di atas meja, dan ganti baju.
Sesudah ganti, aku menyelinap keluar pondok. Bagus, ternyata dia berenang. Bisa mati aku kalau diintip!
Tas ku kuletakkan di atas batu, lalu duduk di tepi sungai. Ia belum melihatku, karena asyik mencari kerang di dasar sungai. Huuh, mirip sekali dengan anak kecil!
Aku mencelupkan kakiku ke sungai. Hiiii dingin!!
Lalu mencoba lagi – ah, sudah lumayan. Tapi tetap dingin! Lalu aku beranjak naik dan duduk di batu besar. Ia lalu melihatku.
“Hei, ayo ke sini! Airnya hangat loh!”
Hangat apanya, kan dingin sekali!
“Eh ti-tidak ah! Di-dingin!”
“Dingin apanya? Ini kan musim panas, air justru jadi hangat. Enak sekali, ayo, aku ajari renang!”
Akhirnya aku berdiri, dan duduk di tepian sungai, mencoba untuk memasukkan kakiku ke permukaan sungai. Tapi tetap dingin.
JBUUUUUURR
Tiba-tiba aku terjatuh. Aku kaget sekali, dan bersiap untuk minta tolong, tapi –
“Nah, bagaimana?”
Aku melihat sekelilingku. Waah, ternyata ia sedang memegangiku di pinggang. Dan tadi ia menarikku!
“Aku kan belum siap! Kau tak bisa seenaknya menarik ku begini—aaaaaaaahhh!” teriakku lagi, karena ia mencipratiku air.
“Oh, ayolah. Kalau tidak begini, seumur hidup kau takkan bisa masuk air.”
Kemudian ia mengajari ku renang. Perasaanku campur aduk – senang, sekaligus kesal. Aku melihatnya di siang hari yang terik, mengajariku sambil tersenyum. Sungguh indah. Hati ku berdebar-debar setiap ia mendekat, namun aku tetap menjaga perasaan ini, agar tidak berlebihan. Dan, aku harus tetap bersifat cuek di dekatnya.
Tapi...
Susahnya bersikap cuek pada orang yang kau sukai!!!!!
Bab 4 – A Day Together
Ibuku mendapat tiket pergi ke taman rekreasi untuk dua orang. Namun ia harus menyelesaikan tenggat novelnya, dan memberikannya padaku. Ia memintaku untuk mengajak seseorang pergi, selama sehari menuju taman rekreasi berdua.
Dan aku mengajaknya, Rick, maksudku. Dan ia mau.
Yah, memang agak konyol, jika cewek mengajak cowok, bukan sebaliknya.
Lalu, disinilah kami berada. Di atas komidi putar, permainan anak TK. Dan, ia tampaknya tak keberatan harus naik itu, karena aku paling mual naik roller coaster atau semacamnya. Oh, dia manis sekali.
“Hei, bagaimana kalau kita naik itu?” ajaknya sambil menunjuk ke sebuah wahana ‘Duck Couple’. Ya ampun.. itukan untuk pasangan, dan kita bukan pasangan, kan?
“T-tapi..”
Ia tidak memedulikanku, dan langsung menarikku ke sana. Ia memberikan koin, dan mendudukanku di sebelahnya, di bebek karet.
Lalu bebek kami berjalan—terus menuju sungai yang lebih deras. Lalu, kami seperti naik arung jeram, karena bebek meluncur turun begitu cepat, mengikuti arus air terjun. Dan aku menjerit lalu memegang Rick.
Aku menutup mataku, hingga tak tahu apa yang terjadi. Tapi begitu membuka mata, aku mendapati diriku-
Berada tepat diatasnya, ia tiduran, sementara aku memegang bajunya. Kami tertidur berdua di bebek karet itu—ya ampun, dadaku berdetak begitu kencang! Mungkin ia mendengarnya!
Tapi aku kembali duduk dengan malu-malu, dan ia kembali duduk juga. Aku tak menatapnya lagi, hingga kami sampai di panah-cinta.
Sebuah cupid mainan memanah setiap pasangan yang lewat, dan sang pasangan harus melindungi yang lainnya dengan perisai yang diberikan. Rick menyuruhku menunduk, dan kami dihujam berjuta-juta panah.
“Aaaaaaaaaa!!!” seruku, tapi keadaan baik-baik saja. Lalu, akhirnya kami sampai di tepian. Aku segera turun, setelah ia turun.
Lalu ia menunjuk roller-coaster. “Itu!” katanya, lalu kembali berlari sambil menarikku. Aaaaaaaaaaaa!! Tidak, aku bisa mual-mual!
Dan roller coaster itu melaju terus dengan kencang –membolak-balikkan kami, hingga aku pusing. Ia melihatku pusing, dan memberiku minuman untuk non-mabuk. Ya memang, keadaanku membaik. Tapi turun dari situ, aku segera naik ke atas pohon tertinggi yang bisa kupanjat. Aku takut ditarik kemana-mana lagi!!
“Hey, turun!” serunya dari bawah.
Aku menggeleng. “Gak! Nanti aku ditarik kesana!” kataku sambil menunjuk Haunted House.
Ia menggeleng. “Tidak kok. Ayo, turun saja!”
Aku tetap bersikeras tak mau turun, tapi aku terpeleset. Dan, aku memejamkan mataku lagi, lalu—
BRUUUUUUK
Aku membuka mata. Sekali lagi, dia menyelamatkanku. Ia menggendongku, satu tangannya di belakang punggungku, satu lagi di betisku. Aku merasakan mukaku memerah.
“Turunkan aku!!” teriakku, pura-pura cuek. Tapi ia malah berlari, dan membawaku ke suatu tempat.
“Tolooooong! Turunkan aku!!”
Tapi ia tetap tidak memedulikanku, lalu membawaku kesebuah ruangan dan mengikatku ke kursi.
“Di situ! Nanti kau kabur lagi.”
Ia mengikatku ke sebuah kursi di restauran mewah. Aku hendak memberitahunya untuk tidak mentraktirku, namun ia malah memesan menu, dan memesan kanku spaghetti (ia tahu aku penggemar spaghetti) ukuran large (ia juga tahu aku sebenarnya suka makan).
“Heeeeeii!” teriakku. Ia membekap mulutku, lalu berjalan mendekatiku, hingga jarak hidung kami tinggal setengah sentimeter.
“Diam!” katanya perlahan. “Kalau gak nanti kau—“ ia mencari kata yang tepat, “kucium!”
Haah!? Ia kembali ke kursinya, lalu memakan makanan yang sudah diberi oleh pelayan. Aku juga memakan, walau agak susah karena aku terikat ke kursi. Tapi akhirnya makanku habis. Waktunya bayar.
“Semuanya $40 dollar.” Pelayannya menghitung dengan cepat. Aku hendak membayar, namun ia memberikan uang lebih dulu.
“Ini.” Katanya sambil memandangku. Huuh, ya sudah, toh yang rugi dia!
Lalu kami jalan kembali ke rumahku. Ibuku mengucapkan banyak terimakasih pada nya, karena mau menjagaku hingga pukul 18.00. Tapi katanya, “Tak apa Mrs. McFarrel.” Dan, ia menambahkan sesuatu di telingaku, “daripada Clare nangis minta balon.” Lalu pergi.
“Ricccccccccccccccccccccckkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriakku kesal.
In
Love In The Village
Posted on Rabu, 16 Juni 2010
Love In The Village
Elshagep
Juni 16, 2010
Elshagep
Integer sodales turpis id sapien bibendum, ac tempor quam dignissim. Mauris feugiat lobortis dignissim. Aliquam facilisis, velit sit amet sagittis laoreet, urna risus porta nisi, nec fringilla diam leo quis purus.
Related Articles
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Search This Blog!
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar
Any question or comment?